TULISAN
BAB I
PENDAHULUAN
Latar
Belakang Masalah
Melihat
dari salah satu permasalahan ekonomi di Indonesia, pengangguran merupakan salah
satu penghalang ekonomi nasional di Indonesia. Bagaimana tidak ? Setiap tahun
bertambah tingkat pengangguran yang disebabkan oleh factor tertentu. Angka
jumlah penduduk yang kian besar, menambahnya daftar pengangguran di Indonesia.
Hal ini tentu menjadi pusat perhatian pemerintah dalam menanggulangi masalah
tersebut. Bukan pemerintah tidak melakukan upaya-upaya dalam menangani kasus
pengangguran ini, tetapi usaha yang dilakukan belum mampu untuk mengatasi
masalah pengangguran yang kian meningkan di negeri ini.
Masalah
pengangguran sebenarnya bukan dialami oleh bangsa Indonesia saja. Oleh karena
itu, untuk mengatasi masalah ini sebenarnya bukan sebuah masalah yang sulit.
Sebab jika ada kemauan, pemerintah dapat melakukan tindakan yang nyata. Untuk
mengatasi masalah ini. Sayangnya belum sepenuhnya masyarakat menyadari bahwa
masalah tersebut akan terus bertambah seiring dengan makin sulitnya
perekonomian Indonesia. Sehingga pendidikan yang dimiliki oleh seseorang tidak
cukup untuk mencari lapangan pekerjaan atau hal lainnya. Minimnya perhatian
masyarakat tentang pentingnya pendidikan, menjadi salah satu sumber mengapa
kian banyak pengangguran yang ada di Indonesia.
Namun
krisis ekonomi bukan satu-satunya alas an yang menyebabkan munculnya masalah
pengangguran di Indonesia. Ada masalah lain di berbagai sector yang turut
menyumbang andil dalam terciptanya masalah pengangguran di Indonesia. Dan peran
pemerintah merupakan salah satu factor untuk mengurangi angka pengangguran di
Indonesia. Dalam makalah ini kami akan berusaha membahas dan mencoba membantu
menyelesaikan dalam masalah yang telah dihadapi bangsa ini. Dengan harapan
dapat membantu mencari solusi dalam menyelesaikan masalah utama yang ada di
bangsa ini.
Tujuan
Tujuan
dari penulisan makalah ini ialah mengulas bagaimana pengangguran di zaman sekarang ini dapat berkembang pesat
dan kiat-kiat untuk mengatasi pengangguran di Indonesia.
Permasalahan
Mengapa pengangguran di Indonesia sampai saat
ini belum dapat teratasi ?
Apa yang menjadi penyebab utama meningkatnya
pengangguran di Indonesia ?
Bagaimana sikap yang harus diberlakukan oleh
pemerintah untuk mengatasi pengangguran di Indonesia ?
Dampak apa saja yang ditimbulkan oleh
pengangguran ?
BAB II
PEMBAHASAN
Landasan Teori
Pengangguran atau tuna karya adalah istilah untuk orang
yang tidak bekerja sama sekali, sedang mencari kerja, bekerja kurang dari dua
hari selama seminggu, atau seseorang yang sedang berusaha mendapatkan pekerjaan
yang layak.
Jenis dan macam-macam pengangguran :
1.
Pengangguran Terselubung (Disguised
Unemployment) adalah tenaga kerja yang tidak bekerja secara optimal karena
suatu alasan tertentu.
- Setengah Menganggur
(Under Unemployment) adalah tenaga kerja yang tidak bekerja secara
optimal karena tidak ada lapangan pekerjaan, biasanya tenaga kerja
setengah menganggur ini merupakan tenaga kerja yang bekerja kurang dari 35
jam selama seminggu.
- Pengangguran Terbuka
(Open Unemployment) adalah tenaga kerja yang sungguh-sungguh tidak
mempunyai pekerjaan. Pengganguran jenis ini cukup banyak karena memang
belum mendapat pekerjaan padahal telah berusaha secara maksimal.
Berdasarkan penyebab terjadinya, pengangguran
dibagi menjadi 7 kelompok, yaitu :
1. Pengangguran friksional (frictional unemployment)
Pengangguran
friksional adalah pengangguran yang sifatnya sementara yang disebabkan adanya
kendala waktu, informasi dan kondisi geografis antara pelamar kerja dengan
pembuka lamaran pekerna penganggur yang mencari lapangan pekerjaan tidak mampu
memenuhi persyaratan yang ditentukan pembuka lapangan kerja. Semakin maju suatu
perekonomian suatu daerah akan meningkatkan kebutuhan akan sumber daya manusia
yang memiliki kualitas yang lebih baik dari sebelumnya.
2. Pengangguran konjungtural (cycle unemployment)
Pengangguran
konjungtoral adalah pengangguran yang diakibatkan oleh perubahan gelombang
(naik-turunnya) kehidupan perekonomian/siklus ekonomi.
3.
Pengangguran struktural (structural
unemployment)
Pengangguran
struktural adalah pengangguran yang diakibatkan oleh perubahan struktur ekonomi
dan corak ekonomi dalam jangka panjang. Pengangguran struktural bisa
diakibatkan oleh beberapa kemungkinan, seperti:
·
Akibat permintaan berkurang
·
Akibat kemajuan dan pengguanaan teknologi
·
Akibat kebijakan pemerintah
4.
Pengangguran musiman (seasonal
Unemployment)
Pengangguran
musiman adalah keadaan menganggur karena adanya fluktuasi kegiaan ekonomi
jangka pendek yang menyebabkan seseorang harus nganggur. Contohnya seperti petani yang menanti musim tanam, pedagang durian yang
menanti musim durian.
5.
Pengangguran siklikal
Pengangguran
siklikal adalah pengangguran yang menganggur akibat imbas naik turun siklus
ekonomi sehingga permintaan tenaga kerja lebih rendah daripada penawaran kerja.
6.
Pengangguran teknologi
Pengangguran
teknologi adalah pengangguran yang terjadi akibat perubahan atau penggantian
tenaga manusia menjadi tenaga mesin-mesin.
7.
Pengangguran siklus
Pengangguran
siklus adalah pengangguran yang diakibatkan oleh menurunnya kegiatan
perekonomian karena terjadi resesi. Pengangguran siklus disebabkan oleh
kurangnya permintaan masyarakat (aggrerate demand).
Sejauh ini kita telah membahas pengertian
pengangguran itu sendiri dan macam-macam dari pengangguran. Namun kita belum
sepenuhnya memahami, sebenarnya apakah yang menjadi sebab terjadinya peningkatan pengangguran di Indonesia ? Sebagian
besar orang menganggap bahwa pengangguran sebab utama dengan minimnya
pendidikan. Padahal jika ditelusuri lebih lanjut, penyebab utama meningkatnya
pengangguran adalah pola pikir masyarakat Indonesia kala mengirim anaknya ke
sekolah. Kepasrahan pada kurikulum yang ada dan ketidakberdayaan mengoreksi
kurikulum serta ketidakmampuan memberikan pelajaran tambahan berupa keahlian
kepada anak-anak, membuat para generasi muda kurang kompeten.
Selain itu besarnya permintaan tenaga kerja
tidak sebanding dengan besarnya penawaran pekerjaan. Setiap tahun tentu setiap
sekolah melahirkan lulusan-lulusan baru yang bisa dikatakan siap untuk bekerja.
Hal tersebut mungkin 50% untuk SMK dan 50% lagi untuk SMA. Dengan bekal yang
mereka miliki, mereka mengatakan untuk mampu bekerja. Sadarkah bahwa tidak
hanya satu sekolah yang tiap tahun meluluskan siswa-siswinya ? melainkan beribu
sekolah di Indonesia ini yang tiap tahun melahirkan lulusan-lulusan baru. Belum
lagi dengan mereka yang putus sekolah. Menambah kepadatan permintaan pekerjaan
sedangkan lapangan pekerjaan yang semakin menyempit.
Belum lagi perpindahan penduduk dari desa ke
kota dengan alasan ingin mencari pekerjaan yang lebih baik tetapi tidak
berbekal pendidikan apapun. Sehingga menyulitkan mereka dalam melamar
pekerjaan. Yang pada akhirnya menambah kepadatan kota dengan membangun
rumah-rumah pinggir sungai, kereta api dan lain-lain. Bila setahun terjadi
perpindahan sebesar 1000 jiwa, berapa pengangguran yang diperoleh oleh bangsa
ini tiap tahunnya ? Tentu akan semakin meningkat pula.
Dampak
yang disebabkan oleh pengangguran salah satunya adalah berpengaruhnya pada
pertumbguhan perekonomian nasional. Bagaimana tidak ? Pengangguran secara tidak langsung berkaitan dengan pendapatan nasional.
Tingginya jumlah pengangguran akan menyebabkan turunnya Gross Domestic Product.
Makin banyak barang dan jasa yang dihasilkan, makin tinggi pendapatan nasional
bangsa itu, yang memungkinkan dilakukannya tabungan yang selanjutnya dapat
digunakan untuk investasi, selanjutnya investasi akan memperbesar kesempatan
kerja. Masalah lain yang berkaitan dengan pendapatan nasional dan kesempatan
kerja adalah tingkat produktivitas tenaga kerja. Pendapatan nasional akan naik
jika terjadi peningkatan produktivitas tenaga kerja. Dalam hal tersebut bukan
berarti pengangguran tidak dapat diatasi.
Mungin sulit untuk mengatasi penggangguran
dalam waktu yang singkat. Tetapi ada beberapa cara untuk meminimalkan
terjadinya pengangguran, diantaranya :
1.
Peningkatan Mobilitas Tenaga kerja dan Moral
Peningkatan mobilitas tenaga kerja dilakukan dengan memindahkan
pekerja ke kesempatan kerja yang lowong dan melatih ulang keterampilannya
sehingga dapat memenuhi tuntutan kualifikasi di tempat baru. Peningkatan
mobilitas modal dilakukan dengan memindahkan industry (padat karya) ke wilayah
yang mengalami masalah pengangguran parah. Cara ini baik digunakan untuk
mengatasi msalah pengangguran structural.
2. Pengelolaan
Permintaan Masyarakat
Pemerintah dapat mengurangi pengangguran siklikal melalui manajemen yang mengarahkan permintaan-permintaan masyarakat ke barang atau jasa yang tersedia dalam jumlah yang melimpah.
Pemerintah dapat mengurangi pengangguran siklikal melalui manajemen yang mengarahkan permintaan-permintaan masyarakat ke barang atau jasa yang tersedia dalam jumlah yang melimpah.
3. Penyediaan
Informasi tentang Kebutuhan Tenaga Kerja
Untuk mengatasi pengangguran musiman, perlu adanya pemberian informasi yang cepat mengenai tempat-tempat mana yang sedang memerlukan tenaga kerja. Masalah pengangguran dapat muncul karena orang tidak tahu perusahaan apa saja yang membuka lowongan kerja, atau perusahaan seperti apa yang cocok dengan keterampilan yang dimiliki. Masalah tersebut adalah persoalan informasi. Untuk mengatasi masalah tersebut, perlu diadakan system informasi yang memudahkan orang mencari pekerjaan yang cocok. System seperti itu antara lain dapat berupa pengumuman lowongan kerja di kampus dan media massa. Bias juga berupa pengenalan profil perusahaan di sekolah-sekolah kejuruan, kampus, dan balai latihan kerja.
Untuk mengatasi pengangguran musiman, perlu adanya pemberian informasi yang cepat mengenai tempat-tempat mana yang sedang memerlukan tenaga kerja. Masalah pengangguran dapat muncul karena orang tidak tahu perusahaan apa saja yang membuka lowongan kerja, atau perusahaan seperti apa yang cocok dengan keterampilan yang dimiliki. Masalah tersebut adalah persoalan informasi. Untuk mengatasi masalah tersebut, perlu diadakan system informasi yang memudahkan orang mencari pekerjaan yang cocok. System seperti itu antara lain dapat berupa pengumuman lowongan kerja di kampus dan media massa. Bias juga berupa pengenalan profil perusahaan di sekolah-sekolah kejuruan, kampus, dan balai latihan kerja.
4. Pertumbuhan
Ekonomi
Pertumbuhan ekonomi baik digunakan untuk mengatasi pengangguran friksional. Dalam situasi normal, pengangguran friksional tidak mengganggu karena sifatnya hanya sementara. Tingginya tingkat perpindahan kerja justru menggerakan perusahaan untuk meningkatkan diri (karir dan gaji) tanpa harus berpindah ke perusahaan lain. Menurut Keynes, pengangguran yang disengaja terjadi bila orang lebih suka menganggur daripada harus bekerja dengan upah rendah. Di sejumlah Negara, pemerintah menyediakan tunjangan/santunan bagi para penganggur. Bila upah kerja rendah maka orang lebih suka menganggur dengan mendapatkan santunan penganggur. Untuk mengatasi pengangguran jenis ini diperlukan adanya dorongan-dorongan (penyuluhan) untuk giat bekerja. Pengangguran tidak disengaja, sebaliknya, terjadi bila pekerja berkeinginan bekerja pada upah yang berlaku tetapi tidak mendapatkan lowongan pekerjaan. Dalam jangka panjang masalah tersebut dapat diatasi dengan pertumbuhan ekonomi.
Pertumbuhan ekonomi baik digunakan untuk mengatasi pengangguran friksional. Dalam situasi normal, pengangguran friksional tidak mengganggu karena sifatnya hanya sementara. Tingginya tingkat perpindahan kerja justru menggerakan perusahaan untuk meningkatkan diri (karir dan gaji) tanpa harus berpindah ke perusahaan lain. Menurut Keynes, pengangguran yang disengaja terjadi bila orang lebih suka menganggur daripada harus bekerja dengan upah rendah. Di sejumlah Negara, pemerintah menyediakan tunjangan/santunan bagi para penganggur. Bila upah kerja rendah maka orang lebih suka menganggur dengan mendapatkan santunan penganggur. Untuk mengatasi pengangguran jenis ini diperlukan adanya dorongan-dorongan (penyuluhan) untuk giat bekerja. Pengangguran tidak disengaja, sebaliknya, terjadi bila pekerja berkeinginan bekerja pada upah yang berlaku tetapi tidak mendapatkan lowongan pekerjaan. Dalam jangka panjang masalah tersebut dapat diatasi dengan pertumbuhan ekonomi.
5. Program
Pendidikan dan Pelatihan Kerja.
Pengangguran
terutama disebabkan oleh masalah tenaga kerja yang tidak terampil dan ahli.
Perusahaan lebih menyukai calon pegawai yang sudah memiliki keterampilan atau
keahlian tertentu. Masalah tersebut amat relevan di Negara kita, mengingat
sejumlah besar penganggur adalah orang yang belum memiliki keterampilan atau
keahlian tertentu.
6. Wiraswasta
Selama orang masih tergantung pada upaya mencari kerja di
perusahaan tertentu, pengangguran akan tetap menjadi masalah pelik. Masalah
menjadi agak terpecahkan apabila muncul keinginan untuk menciptakan lapangan
usaha sendiri atau berwiraswasta yang berhasil.
BAB III
PERMASALAHAN
Contoh Kasus
Seperti yang
telah kita ketahui apa yang menyebebkan banyaknya pengangguran di Indonesia.
Disamping jumlah penduduk Indonesia yang makin kian bertambah, tentunya dipicu
oleh minimnya tingkat pendidikan di Indonesia.
Contoh kasus ditinjau dari minimnya tingkat
pendidikan :
Seperti Pada masa sekarang mungkin pemerintah
sudah mengajukan bahwa akan diadakannya sekolah gratis yang ditujukan
kepada keluarga yang tidak mampu.Namun selain itu juga di Negara kita masih
kekurangan tempat untuk kegiatan ngajar – mengajar. Masyarakat mungkin
sangat senang atas diadakannya sekolah gratis, tapi tidak bagi masyarakat yang
berada dipelosok desa.Mereka mungkin senang dengan diadakannya sekolah gratis,
tapi yang jadi permasalahannya adalah di daerah mereka tinggal tidak
didirikannya bangunan sekolah, jadi mereka pergi bersekolah ketempat yang lain
dan jaraknyapun jauh dari tempat mereka tinggal.Mereka harus menempuh
jarak ber kilo-kilo untuk mencapai sekolah.Contohnya daerah yang masih
langka untuk didirikannya sekolah yaitu di daerah-daerah terpencil seperti
daerah papua, Sumatra, Sulawesi,dan daerah-daerah yang lain.
Mengapa pemerintah tidak memikirkan
hal itu…??padahal sebelum pemerintah melakukan program sekolah gratis wajib 9
tahun, sebaiknya pemerintah memperhatikan dahulu yaitu membangun sekolah-sekolah
baru di daerah-daerah terpencil.Mungkin itu sangat bermangfaat dan setelah itu
pemerintah baru melaksanakan program yang kedua yaitu sekolah gratis
bagi keluarga yang tidak mampu.Sehingga tingkat pendidikan kita seimbang
dan kitapun telah member peluang bagi calon penerus bangsa untuk pergi
bersekolah.Di televisi sudah banyak iklan selogan-selogan yang mencirikan
“ jika bapaknya seorang supir angkot maka anaknya seorang pilot “ selogan itu
sering kita dengar setiap saat.Marilah kita wujudkan Negara kita itu menjadi
Negara yang berpendidikan dan ucapkan selamat tinggal kepada kebodohan.Mari
kita bantu usaha pemerintah dalam melaksanakan program pembelajaran.Kita
ciptakan Negara kita ini menjadi lebih maju dari sebelumnya.Dan rinkuslah
para korupsi korupsi yang telah melantarkan dana untuk dana pendidikan.Karena
pendidikan saat ini Negara kita sangat terperosok dan tingkat
pendidikannyapun perbedaannya sangat jauh dari Negara-negara lain.Janganlah
bermalas-malasan untuk mencari ilmu,karena ilmu itu pada jam an sekarang
sangatlah mahal dan pergunakan waktu itu sebaik-baiknya untuk
belajar.
Penyelesaian masalah
pendidikan tidak semestinya dilakukan secara terpisah-pisah, tetapi harus
ditempuh langkah atau tindakan yang sifatnya menyeluruh. Artinya, kita tidak
hanya memperhatikan kepada kenaikkan anggaran saja. Sebab percuma saja, jika
kualitas sumber daya manusia dan mutu pendidikan di indonesia masih rendah.
Masalah penyelenggaraan wajib belajar sembilan tahun sejatinya masih menjadi pr
besar bagi kita. Kenyataan yang dapat kita lihat bahwa banyak di daerah-daerah
pinggiran yang tidak memiliki sarana pendidikan yang memadai. Dengan
terbengkalainya program wajib belajar sembilan tahun mengakibatkan anak-anak
indonesia masih banyak yang putus sekolah sebelum mereka menyelesaikan wajib
belajar sembilan tahun. Dengan kondisi tersebut, bila tidak ada perubahan
kebijakan yang signifikan, sulit bagi bangsa ini keluar dari masalah-masalah
pendidikan yang ada, apalagi bertahan pada kompetisi di era global.
Contoh kasus ditinjau
dari jumlah penduduk :
Indonesia
merupakan salah satu negara dengan kekayaan dan keragaman alam serta budaya
yang luar biasa. Indonesia merupakan negara mega biodiversity kedua setelah
Brazil. Indonesia memiliki 42 ekosistem darat dan 5 ekosistem yang khas.
Indonesia juga memiliki 81.000 km garis pantai yang indah dan kaya. Luas
ekosistem mangrove di Indonesia mencapai 22 % dari seluruh luas mangrove di
dunia. Sebagaimana kita ketahui bersama, Indonesia merupakan negara dengan
nomor urut keempat dalam besarnya jumlah penduduk setelah China, India, dan
Amerika Serikat. Menurut data statistik dari BPS, jumlah penduduk Indonesia
saat ini adalah 225 juta jiwa, dengan angka pertumbuhan bayi sebesar 1,39 % per
tahun. Angka pertumbuhan ini relatif lebih kecil dibandingkan dengan angka
pertumbuhan bayi pada tahun 1970, yaitu sebesar 2,34%. Dengan jumlah penduduk
sebesar 225 juta jiwa, maka pertambahan penduduk setiap tahunnya adalah 3,5
juta jiwa. Jumlah itu sama dengan jumlah seluruh penduduk di Singapura.
Lonjakan
penduduk yang sangat tinggi atau baby booming di Indonesia akan
berdampak sangat luas, termasuk juga dampak bagi ekologi atau lingkungan hidup.
Hal itu dapat mengganggu keseimbangan, bahkan merusak ekosistem yang ada.
Menurut Poo Tjian Sie, coordinator Komunitas Tionghoa Peduli Lingkungan Hidup,
lingkungan hidup adalah kesatuan ekosistem atau system kehidupan yang merupakan
kesatuan ruang dengan semua benda, daya, keadaan, (tatanan alam),dan makhluk
hidup, termasuk manusia dengan perilakunya, yang mempengaruhi kelangsungan
perikehidupan dan kesejahteraan manusia serta makhluk hidup lain. Dengan jumlah
penduduk sebesar 225 juta jiwa, membuat tekanan terhadap lingkungan hidup
menjadi sangat besar. Paling tidak, 40 juta penduduk hidupnya tergantung pada
keanekaragaman hayati di pantai dan perairan. Pada saat yang sama, bahwa
sekitar 20% penduduk Indonesia hidup di bawah garis kemiskinan. Sekitar 43%
pendudu Indonesia masih tergantung pada kayu bakar. Dan pada tahun 2003, hanya
33% penduduk Indonesia mempunyai akses pada air bersih melalui ledeng dan
pompa. Tahun 2000, Jawa dan Bali telah mengalami defisit air mencapai 53.000
meter kubik dan 7.500 meter kubik, sementara di Sulawesi 42.500 meter kubik.
Saat yang sama banjir telah melanda di berbagai tempat di Indonesia. Hal ini
menunjukkan bahwa penduduk Indonesia telah salah mengelola air di Bumi ini.
Dampak
lonjakan penduduk di Indonesia terhadap lingkungan hayati, sudah dapat kita
lihat sejak tahun 2001, laporan Bank Dunia menyebutkan, bahwa luas hutan
mangrove di Indonesia mengalami penurunan yang sangat signifikan, dari 4,25
juta hektar pada tahun 1982, menjadi 3,24 juta hektar pada tahun 1987 dan
menjadi hanya 2,06 juta hektar pada tahun 1995. Di sektor kehutanan telah terjadi deforestasi yang
meningkat dalam decade ini. Bank Dunia (2003) dan Departemen Kehutanan
melaporkan tingkat deforestasi di Indonesia telah mencapai lebih dari dua juta
hektar per tahun. Apabila tingkat kehilangan hutan ini tetap 2 juta hektar per
tahun, maka 48 tahun ke depan, seluruh wilayah Indonesia akan menjadi gurun
pasir yang gundul dan panas. Lautan di Indonesia juga mengalami kerusakan
terumbu karang. Data dari Bank Dunia bahwa saat ini sekitar 41% terumbu karang
dalam keadaan rusak parah, 29% rusak, 25% lumayan baik, dan hanya 5% yang masih
dalamkeadaan alami. Sekitar 50% hutan bakau di Sulawesi telah hilang (sebagian
besar menjadi tambak udang). Beberapa kawasan juga mengalami pencemaran. Ini
terjadi di kawasan-kawasan yang sibuk dengan kegiatan pelayaran, atau perairan
yang bersinggungan dengan kota-kota besar, seperti perairan teluk Jakarta dan
Surabaya.
Menurut Ir. Boby Setiawan MA., PhD, Kepala Pusat Studi
Lingkungan Hidup UGM, untuk mamalia terdapat sekitar 112 jenis yang terancam
punah di Indonesia. Sementara untuk burung, terdapat sekitar 104 jenis yang
mengalami ancaman serius.
Menurut Malthus, pertumbuhan jumlah penduduk, bila tidak
dikendalikan, akan naik menurut deret ukur (1,2,4,8,dst). Produksi pangan
meningkat hanya menurut deret hitung (1,2,3,4,dst). Di Indonesia dengan ledakan
penduduk saat ini, mengakibatkan dampak sosial yaitu mengalami krisis pangan.
Bahkan di dunia pun terjadi krisis pangan global. Selain itu, semakin banyak terjadi urbanisasi karena
orang-orang desa yang dulunya kecukupan pangan namun tidak menikmati
pembangunan mulai berbondong-bondong pindah ke kota. Generasi muda tidak ada
yang mau menjadi petani. Tahun
2008 dicanangkan sebagai tahun sanitasi sedunia. Jumlah penduduk yang melonjak
dipastikan menambah persoalan sanitasi. Sekitar 1 juta jamban di kawasan
Jabotabek dibangun dengan jarak kurang dari 10 meter dari sumur. Jika penduduk
kota terus melonjak, entah karena urbanisasi atau kelahiran alami, sementara
jumlah WC nya tetap bisa dibayangkan sendiri akan menjadi apa jamban tersebut.
Kualitas hidup di kota menjadi merosot. Beragam penyakit seperti diare akan
menyebar.
Ujung dari semua ledakan penduduk itu adalah kerusakan
lingkungan dengan segala dampka ikutannya seperti menurunnya kualitas pemukiman
dan lahan yang ditelantarkan, serta hilangnya fungsi ruang terbuka. Dampak lonjakan populasi bagi lingkungan sebenarnya tidak
sederhana. Persoalannya rumit mengingat persoalan terkait dengan manusia dan
lingkungan hidup. Butuh kesadaran besar bagi tiap warga negara, khusunya
pasangan yang baru menikah, untuk merencanakan jumlah anak.
Penyelesaian
yang dpat dilakukan untuk menanggulangi jumlah penduduk yang kita padat ialah
dengan pemerintah Indonesia sudah mengambil dua macam tindakan untuk mencegah masalah sosial ini. Yang pertama adalah program KB atau Keluarga
Berencana dan yang kedua adalah program transmigrasi. Kedua
program ini sudah lama dapat banyak kritik, dari dalam negeri dan dari luar
negeri. Di bawah ini, saya mau meneliti salah paham program ini. Program transmigrasi adalah program nasional untuk
memindahkan kelompok penduduk dari satu tempat ke tempat yang lain. Misalnya,
kalau ada tempat di mana ada terlalu banyak penduduk, di sana pasti ada banyak
masalah, seperti masalah kesehatan, masalah tanah, dan masalah sosial yan lain. Untuk mencegah masalah itu, pemerintah
coba memindahkan penduduk dari tempat-tempat seperti itu ke tempat yang lain di
mana jumlah penduduknya sedikit. Jadi dulu, penduduk Jawa, Madura dan Bali
sudah dipindahkan ke Irian Jaya, Sumatra, dan Kalimantan.
Saya rasa program transmigrasi
ini sudah banyak menolong penduduk Indonesia. Peserta program
transmigrasi diberi sebuah rumah, alat-alat untuk bertani dan sedikit uang. Ada sekolah dan puskesmas. Setelah
dipindahkan, kehidupan mereka lebih baik daripada dulu. Program ini dapat banyak kritik. Kritik yang pertama adalah mengenai
hutan yang menghilang karena transmigran. Mereka menebang pohon-pohon untuk mempersiapkan ladang mereka.
Kemudian, dulu ada kelompok transmigran di Kalimantan yang tidak diberi
fasilitas untuk bertani. Jadi, mereka tidak bisa berdikari (yaitu:
"BERDIri di atas KAkinya sendiRI"). Juga ada masalah kehilangan tempat tinggal
orang setempat seperti orang
Kubu di Sumatra dan orang Dayak di Kalimantan. Tanah mereka diambil orang
transmigran yang baru. Menurut saya, masalah-masalah ini dibesarkan dengan sengaja. Program
transmigrasi memang berhasil. Sudah 3.6 juta orang dipindahkan dalam program
ini, dan kehidupan mereka sekarang jauh lebih baik daripada dulu.
Dalam program
Keluarga Berencana ("Dua Anak Cukup!"), suami-istri diberi informasi
dan alat/obat kontrasepsi. Dengan ini, pemerintah mencoba untuk mencegah kelahiran terlalu banyak anak. Kritik atas program ini adalah kritik mengenai
obat kontrasepsi yang bernama "Norplant". Perempuan yang pakai
Norplant itu tidak bisa beranak lagi untuk selamanya. Dan ada juga
orang yang bilang bahwa perempuan dipaksa untuk pakai
Norplant ini (Norplant ada sebuah obat yang disuntikkan di bawah kulit). Saya berpendapat bahwa kedua
program ini, yaitu transmigrasi dan Keluarga Berencana, memang sudah berhasil.
Sekarang di Indonesia, jumlah anak yang lahir setiap tahun sudah menurun. Kalau Indonesia
mau mencegah masalah yang berkaitan dengan jumlah penduduk, saya rasa
pemerintah harus meneruskan kedua program
ini.
Contoh
kasus ditinjau dari pengangguran :
SEKITAR 10 juta penganggur terbuka (open unemployed) dan 31 juta setengah
penggangur (underemployed) bukanlah persoalan
kecil yang harus dihadapi oleh bangsa Indonesia dewasa ini dan ke depan. Sepuluh
juta penganggur terbuka berarti sekitar separo dari penduduk
Malaysia. Penganggur itu berpotensi menimbulkan kerawanan berbagai kriminal
dan gejolak sosial, politik
dan kemiskinan. Selain itu, pengangguran juga merupakan
pemborosan yang luar biasa. Setiap orang
harus mengkonsumsi beras,
gula, minyak, pakaian, energi listrik, sepatu, jasa dan sebagainya
setiap hari, tapi mereka
tidak mempunyai penghasilan. Bisa kita bayangkan berapa
ton beras dan kebutuhan lainnya
harus disubsidi setiap
harinya.
Bekerja berarti
memiliki produksi. Seberapa
pun produksi yang dihasilkan tetap lebih baik dibandingkan jika tidak memiliki
produksi sama sekali.
Karena itu, apa
pun
alasan dan bagaimanapun kondisi Indonesia saat ini masalah pengangguran harus dapat diatasi dengan berbagai upaya. Sering berbagai pihak menyatakan persoalan pengangguran itu adalah persoalan
muara. Berbicara mengenai pengangguran banyak aspek dan teori disiplin ilmu
terkait. Yang jelas pengangguran hanya dapat ditanggulangi secara konsepsional,
komprehensif, integral baik terhadap persoalan hulu maupun muara. Sebagai solusi pengangguran, berbagai
strategi dan kebijakan
dapat ditempuh sebagai berikut. Setiap penganggur diupayakan memiliki pekerjaan yang banyak bagi kemanusiaan
artinya produktif dan remuneratif sesuai
Pasal 27 Ayat 2 UUD 1945 dengan
partisipasi semua masyarakat Indonesia. Lebih tegas
lagi jadikan penanggulangan pengangguran menjadi komitmen
nasional. Untuk itu diperlukan dua kebijakan,
yaitu kebijakan makro dan mikro (khusus).
Kebijakan makro (umum) yang berkaitan erat dengan pengangguran, antara
lain kebijakan makro
ekonomi seperti moneter
berupa uang beredar,
tingkat suku bunga, inflasi
dan nilai tukar
yang melibatkan Bank Indonesia (Bank Sentral), fiskal (Departemen Keuangan) dan lainnya. Dalam
keputusan rapat-rapat kebinet,
hal-hal itu harus jelas keputusannya dengan
fokus pada penanggulangan pengangguran. Jadi setiap lembaga pemerintah yang terkait dengan
pengangguran harus ada
komitmen dalam keputusannya dan pelaksanaannya.
Kebijakan Mikro
Selalin itu,
ada juga kebijakan
mikro (khusus). Kebijakan
itu dapat dijabarkan dalam beberapa poin. Pertama, pengembangan mindset dan wawasan
penganggur, berangkat dari kesadaran bahwa setiap manusia
sesungguhnya memilki potensi
dalam
dirinya namun sering tidak menyadari dan mengembangkan secara optimal. Dengan demikian, diharapkan setiap pribadi sanggup mengaktualisasikan potensi terbaiknya dan dapat menciptakan kehidupan yang lebih baik,
bernilai dan berkualitas bagi dirinya sendiri
maupun masyarakat luas. Kepribadian yang matang,
dinamis dan kreatif
memiliki tujuan dan visi yang jauh ke depan, berani mengambil tantangan serta mempunyai mindset yang benar.
Itu merupakan tuntutan utama dan mendasar
di era globalisasi dan informasi yang
sangat kompetitif dewasa ini dan di masa-masa mendatang. Perlu diyakini oleh setiap orang,
kesuksesan yang hakiki
berawal dari sikap
mental kita untuk
berani berpikir dan bertindak secara nyata, tulus, jujur matang,
sepenuh hati,
profesional dan bertanggung jawab. Kebijakan ini dapat diimplementasikan
menjadi gerakan nasional melalui
kerja sama dengan
lembaga pelatihan yang kompeten untuk itu.
Kedua, segera melakukan
pengembangan kawasan-kawasan, khususnya yang tertinggal dan terpencil sebagai prioritas dengan membangun fasilitas
transportasi dan komunikasi. Ini akan membuka
lapangan kerja bagi para penganggur di berbagai jenis maupun tingkatan.
Harapan akan berkembangnya potensi
wilayah Negara Kesatuan
Republik Indonesia (NKRI) baik potensi sumber daya alam, sumber daya manusia maupun keuangan (finansial).
Ketiga, segera membangun
lembaga sosial yang
dapat menjamin kehidupan penganggur. Hal itu dapat dilakukan serentak dengan pendirian
Badan Jaminan Sosial Nasional dengan
embrio mengubah PT
Jaminan Sosial Tenaga Kerja (PT
Jamsostek) menjadi Badan Jaminan Sosial Nasional
yang terdiri dari berbagai devisi menurut sasarannya. Dengan
membangun lembaga itu, setiap penganggur di Indonesia akan tercatat dengan
baik dan mendapat
perhatian khusus. Secara teknis
dan rinci, keberadaaan lembaga itu dapat disusun dengan
baik.
Keempat, segera menyederhanakan perizinan karena dewasa ini terlalu banyak jenis perizinan yang menghambat investasi
baik Penanamaan Modal Asing (PMA),
Penanaman Modal Dalam Negeri (PMDN) dan investasi masyarakat secara
perorangan maupun berkelompok. Itu semua perlu segera
dibahas dan disederhanakan sehingga merangsang pertumbuhan investasi untuk menciptakan
lapangan kerja baru.
Kelima, mengaitkan secara
erat (sinergi) masalah pengangguran dengan masalah di wilayah perkotaan lainnya, seperti sampah,
pengendalian banjir, dan lingkungan
yang tidak sehat.
Sampah, misalnya, terdiri
dari bahan organik
yang dapat dijadikan kompos dan bahan non-organik yang dapat didaur
ulang. Sampah sebagai bahan baku pupuk organik dapat
diolah untuk menciptakan lapangan kerja dan pupuk organik itu dapat didistribusikan ke wilayah-wilayah tandus yang
berdekatan untuk meningkatkan produksi lahan. Semuanya mempunyai nilai ekonomis tinggi dan akan menciptakan lapangan
kerja.
Keenam, mengembangkan suatu
lembaga antarkerja secara
profesional. Lembaga itu dapat disebutkan sebagai
job center dan dibangun dan dikembangkan secara
profesional sehingga dapat membimbing dan menyalurkan para pencari
kerja. Pengembangan lembaga
itu mencakup, antara
lain sumber daya manusianya ( brainware), perangkat keras (hardware), perangkat lunak (software), manajemen
dan keuangan. Lembaga
itu dapat di
bawah
lembaga jaminan sosial
penganggur atau bekerja
sama tergantung kondisinya.
Ketujuh, menyeleksi Tenaga Kerja Indonesia (TKI) yang akan dikirim
ke luar negeri. Perlu seleksi lebih ketat terhadap
pengiriman TKI ke luar negeri. Sebaiknya diupayakan tenaga-tenaga terampil (skilled). Hal itu dapat dilakukan dan diprakarsai oleh Pemerintah Pusat dan Daerah. Bagi pemerintah Daerah yang memiliki lahan cukup,
gedung, perbankan, keuangan dan aset lainnya yang memadai dapat
membangun Badan Usaha
Milik Daerah Pengerahan Jasa Tenaga
Kerja Indonesia ke luar negeri (BUMD-PJTKI). Tentunya
badan
itu diperlengkapi dengan
lembaga pelatihan (Training Center) yang kompeten untuk
jenis-jenis keterampilan tertentu
yang sangat banyak
peluang di negara lain.
Di samping itu, perlu dibuat
peraturan tersendiri tentang
pengiriman TKI ke luar negeri seperti di
Filipina.
Kedelapan, segera harus disempurnakan kurikulum dan sistem pendidikan
nasional (Sisdiknas). Sistem pendidikan dan kurikulum sangat menentukan kualitas pendidikan. Karena itu, Sisdiknas
perlu reorientasi supaya
dapat mencapai tujuan
pendidikan secara optimal.
Kesembilan, upayakan untuk mencegah perselisihan hubungan industrial (PHI)
dan pemutusan hubungan kerja (PHK). PHI dewasa ini sangat banyak
berperan terhadap penutupan perusahaan, penurunan produktivitas, penurunan permintaan produksi industri tertentu dan seterusnya. Akibatnya, bukan hanya tidak mampu menciptakan lapangan kerja baru, justru sebaliknya bermuara pada PHK yang berarti menambah jumlah penganggur. Pihak-pihak yang terlibat
sangat banyak dan kompleks sehingga
hal itu perlu dicegah dengan berbagai cara terutama penyempurnaan berbagai kebijakan.
Kesepuluh, segera mengembangkan potensi kelautan kita. Negara
Kesatuan Republik Indonesia (NKRI)
mempunyai letak geografis yang
strategis yang sebagian
besar
berupa lautan dan pulau-pulau yang sangat potensial sebagai Negara maritim. Potensi kelautan Indonesia perlu dikelola lebih
baik supaya dapat menciptakan lapangan kerja yang produktif
dan remuneratif. Hal-hal yang paling sedikit yang dapat dikembangkan untuk menciptakan lapangan kerja bagi para penggemar sesuai
pendidikannya, keterampilannya,
umurnya penganggur terbuka atau setengah penganggur, atau orang yang baru masuk ke pasar kerja, dan sebagainya.
BAB IV
PENUTUP
Kesimpulan dan Saran
Kesimpulan yang kami peroleh ialah,
masalah penggangguran yang ada di Indonesia timbul dari beberapa factor seperti
tingkat jumlah penduduk yang kian meningkat, kemiskinan yang melanda di
Indonesia sampa minimnya tingkat pendidikan yang ada di Indonesia. Baiknya
pemerintah mencari solusi agar dapat mengurangi dampak dari hal tersebut.
Mungking program-program penangulangan yang dicanangkan oleh pemerintah tidak
dapat berlangsung dalam eaktu singkat. Butuh proses panjang dalam melaksanakan
hal-hal tersebut. Terlebih lagi kesadaran masyarakat dalam turut serta
membangun perekonomian di Indonesia.
Saran yang kami berikan ialah agar
setiap masyarakat wajib peduli terhadap hal ini, sehingga tidak hanya
pemerintah saja yang bergerak untuk membangun perekonomian Indonesia, tetapi
juga masyarakat yang saling membantu untuk menjalankan program tersebut agar
mendapatkan hasil sesuai yang diinginkan.
BAB V
DAFTAR ISI
Sumber:
http://www.docstoc.com/docs/42936353/Solusi-Masalah-Pengangguran
Komentar
Posting Komentar